Abstrak
Peran
media televisi sebagai sebagai Agen Sosialisasi kepada masyarakat di Indonesia
yaitu
berperan sebagai media massa yang bersifat memberikan informasi, memberikan
edukasi dan juga media masaa yang bersifat mempengaruhi. Untuk memberikan
informasi kepada masyarakat dilakukan dengan cara menayangkan berita melalui
program berita seperti Metro Pagi, Top News, Metro Malam, Headline
News, Kabar petang, dan Kabar hari ini.
Televisi diindentifikasikan sebagai media sosialisasi yang
berpengaruh pula terhadap perilaku masyarakat.
Pesan-pesan yang ditayangkan melalui televisi, dapat
mengarahkan masyarakat kearah perilaku proposial yang merupakan tindakan sukarela yang
dimaksudkan untuk membantu dan menguntungkan individu atau kelompok individu.
Maraknya
aksi bela Islam 212 di Indonesia adalah
merupakan salah satu wujud dari sosialisasi media televisi dalam pemberitaan.
Tuduhan media dan segelintir orang yang memprediksi aksi ini dengan pelbagai
sentimen negatif lagi-lagi tidak terbukti. Namun ada media yang tidak terlepas dari
pemelintiran pemberitaan yang membuat masyarakat semakin cerdas dalam memilih
program tayangan televisi
Kata Kunci : Media Televisi, Agen Sosialisasi
A.
Pendahuluan
Munculnya
media televisi sebagai media elektronik memberi pengaruh yang sangat besar bagi
kehidupan masyarakat saat ini. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan
kehidupan sehari-hari dan menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan
informasi bagi masyarakat. Bagi Gerbner, dibandingkan media massa yang lain,
televisi mendapat tempat tersendiri. Demikian signifikan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga mendominasi “lingkungan simbolik” kita, dengan cara
menggantikan pesannya tentang realitas pengalaman pribadi dan sarana mengetahui
dunia lainnya (McQuail, 1996:254).
Menurut
Effendy (1993 : 21) yang dimaksud dengan televisi adalah televisi siaran yang
merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki
komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga,
pesannya bersifat umum, sasarannya menmbulkan keserampakan, dan komunikasinya
bersifat heterogen. Televisi adalah sistem telekomunikasi untuk penyiaran dan
penerimaan gambar dan suara dari jauh atau media komunikasi yang
mentransmisikan gambar (visual) dan suara (audio). Menurut Oemar Hamalik (1994
: 116), pengertian televisi dapat dirumuskan sebagai ; ”an electronic motion picture with conjoined or attendant sount; both
picture and sound reach the eye and ear simultaneously from a remote
broadcastpoint”. (suatu perlengkapan elektronis, yang pada dasarnya adalah
sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara)
Televisi
(TV) memiliki kelebihan tersendiri dengan gambar bergeraknya, karena khalayak
cenderung menggunakan media TV sebagai sarana hiburan, informasi maupun
pengetahuan sehingga membuat informasi dan pesan yang disampaikan lebih menarik
dan menyenangkan pemirsanya dibanding media lainnya. Berbicara mengenai isi
acara televisi, beragam acara pun telah dihadirkan oleh televisi kepada
khalayaknya. Mulai dari tayangan film, sinetron, reality show, komedi situasi,
talk show, berita, iklan maupun beragam tayangan internasional.
Maraknya
aksi bela Islam 212 di Indonesia adalah
merupakan salah satu wujud dari sosialisasi media televisi dalam pemberitaan. Tuduhan
media dan segelintir orang yang memprediksi aksi ini dengan pelbagai sentimen
negatif lagi-lagi tidak terbukti. Namun
ada media yang tidak terlepas dari pemelintiran pemberitaan yang membuat
masyarakat semakin cerdas dalam memilih program tayangan televisi.
Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai
dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau
masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai
peranan (role theory). (https://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi)
B.
Pembahasan
1.
Televisi
sebagai Media Komunikasi Massa
Dari
banyaknya media massa yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada
kehidupan manusia. Perkembangan dunia pertelevisian saat ini sangat maju begitu
pesat, Perkembangan tersebut dapat dilihat dari munculnya berbagai macam
stasiun televisi baik di nasional maupun di lokal. Perkembangan ini dikarenakan
banyaknya kebutuhan masyarakat akan dunia hiburan atau informasi. Banyaknya
stasiun televisi saat ini yanga bersaing untuk dapat menyiarkan berita yang
aktual dan akurat. Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi
antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu
televisi. Komunikasi massa media televisi bersifat periodik.
Dalam
komunikasi massa tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara
perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks
serta pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat “transitory” (hanya
meneruskan) maka pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media
tersebut, hanya dapat didengar dan dilihat secara sekilas. “Pesan-pesan di
televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang
bergerak (audiovisual).” (Wahyudi, Komunikasi Jurnalistik, 1991). Dalam
menyampaikan isi pesannya, komunikasi massa media televisi memiliki
sifat-sifat, yaitu publisitas, periodisitas, universalitas, aktualitas dan
kontinuitas. Dan karena sifat komunikasi massa media televisi itu “transitory”, maka : a) Isi pesan yang
akan disampaikan harus singkat dan jelas. b) Cara penyampaian per kata, harus
benar. c) Intonasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik. Kesemuanya itu
tentu saja menekankan unsur isi pesan yang komunikatif, agar pemirsa dapat
mengerti secara tepat tanpa harus menyimpang dari pemberitaan yang sebenarnya
(interpretasi berbeda). (Kuswandi, 1996: 18-19)
Paradigma
Harold D.Lasswell (1984) tentang proses komunikasi yang berbunyi “Who says what, To whom,Iin which channel,
and With what effect?”, secara langsung menggambarkan bahwa proses
komunikasi seseorang memerlukan media. Memasukkan paradigma Lasswell dalam
komunikasi massa media televisi, tentu saja mempunyai tujuan khalayak sasaran
serta akan mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak
langsung. (Kuswandi, 1996: 17) .
Komunikasi
massa dengan media televisi merupakan proses komunikasi antara komunikator
dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Kelebihan media
televisi terletak pada kekuatannya menguasai jarak dan ruang, sasaran yang
dicapai untuk mencapai massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu
liputan atau pemberitaan sangan cepat. Menurut Effendy, seperti halnya media
massa lain, televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi pokok yakni sebagai
berikut : 1. Fungsi Penerangan (The Information Function) Televisi mendapat
perhatian yang besar dikalangan masyarakat karena dianggap sebagai media yang
mampu menyiarkan informasi yang sangat memuakan.
Hal ini didukung oleh 2 (dua) faktor, yaitu :
a. Immediacy (Kesegaran) Pengertian ini mencakup langsung dan peristiwa yang
disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada
saat peristiwa itu berlangsung. b. Realism (Kenyataan) Ini berarti televisi
menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan
kamera sesuai dengan kenyataan. 2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)
Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara
pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan dengan
makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat.
Siaran televisi menyiarkan acara-acara tersebut secara teratur, misalnya
pelajaran bahasa, matematika, ekonomi , politik, dan sebagainya. 3. Fungsi
Hiburan (The Entertainment Function) Sebagai media yang melayani kepentingan
masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya lebih
dominan dari fungsi lainnnya. Sebagian besar dari alikasi waktu siaran televisi
diisi oleh acara-acara hiburan, seperti lagu-lagu, film cerita, olahraga, dan
sebagainya. Fungsi hiburan ini amat penting, karena ia menjadi salah satu
kebutuhan manusia untuk mengisi waktu mereka dari aktivitas di luar rumah (Effendy,
2003 : 27-30).
2.
Agen
Sosialisasi
Individu yang bersosialisasi belajar dari orang atau pihak
lain dan prosesnya berjalan beriringan dengan perkembangan masyarakat. Orang
atau pihak yang melaksanakan sosialisasi itulah yang disebut agen sosialisasi.
3.
Televisi (Media Masa ) sebagai Agen sosialisasis
Media massa merupakan bentuk komunikasi dan reaksi yang
menjangkau masyarakat secara luas, sehingga pesan informasi yang sama dapat
diterima secara serentak dan sesaat. Media massa elektronik yaitu televisi. Televisi
diindentifikasikan sebagai media sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap
perilaku masyarakat.
Pesan-pesan yang ditayangkan melalui televisi, dapat
mengarahkan masyarakat kearah perilaku proposial yang merupakan tindakan sukarela yang
dimaksudkan untuk membantu dan menguntungkan individu atau kelompok individu
lain (Mussen, 1989), maupun anti sosial.
Penayangan yang berkesinambungan mengenai laporan aksi bela
Islam damai di Indonesia mengetarkandan menggerakan umat muslim untuk membela agama dalam
penistaan agama yang dilakukan oleh seorang kaum non muslim.
Media massa diyakini dapat menggambarkan realitas sosial
dalam berbagai kehidupan. Meskipun untuk itu informasi atau pesan (message)
yang ditampilkan sebagaimana dilihat di televisi telah melalui suatu saringan
(filter) dan seleksi dari pengelola media itu untuk kepentingannya.
Terlepas dari berbagai kepentingan yang melatar belakangi
pemunculan suatu informasi atau pesan yang disampaikan oleh media massa,
kirannya tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pada masa kini, pertemuan orang
dengan media massa sudah tidak dapat dielakkan lagi. Pesatnya perkembangan
informasi dan komunikasi baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat
lunak (software), akan membawa perubahan
peranan sebagai penyampai pesan atau informasi.
Faktor-faktor
yang menyebabkan pemilihan media massa sebagai media sosialisasi antara lain:
Media
massa, khususnya televisi telah begitu memasyarakat.
Media
massa sangat berpengaruh terhadap proses
sosialisasi
Orang-orang
lebih mengandalakan informasi yang berasala dari media massa salah satunya televisi daripada dari orang lain.
Pesan-pesan
yang dipelajari dari setiap pelaku sosialisasi tidak selalu sepadan satu dengan
yang lain. Contoh: Metro TV, “ Masa Aksi
bela Islam III hanya 50 ribu orang sedangan tv nasional lain memberitakan masa
berjumlah 2,3 juta orang” hal ini memicu kemarahan masyarakat.
Jika
pesan-pesan yang disampaikan setiap, pelaku sosialisasi sepadan, maka proses
sosialisasi akan berlangsung lancar. Jika bertentangan maka akan dijumpai
kecenderungan seseorang mengalami konflik pribadi karen binggung dan terombang-ambing
oleh pelaku-pelaku sosialisasi tersebut.
4.
Efek
Komunikasi Massa
Efek adalah semua jenis perubahan yang terjadi
pada seseorang setelah menerima suatu pesan komunikasi dari suatu sumber
(Wiryanto, 2000). Efek pesan media meliputi efek kognitif, efek afektif, dan
efek behaviorial. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang
diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan
transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan. Efek afektif terjadi bila ada
perubahan pada perasaan. Efek afektif berkaitan dengan emosi, sikap, atau
nilai. Efek behavioral terjadi bila ada perubahan perilaku (Rakhmat, 2003 ).
Sebagai
konsekuensi logis dari pemanfaatan media massa ( televisi) sebagai media
sosialisasi, terdapat tiga efek
pemanfaatan media massa .
a. Efek Kognitif. Efek kognitif
adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatifnya bagi
dirinya. Dalam efek kognitif ini membahas tentang bagaimana media dapat
membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan
keterampilan kognitifnya.
b. Efek Afektif. Tujuan dari komunikasi massa
bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu,
khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih,
gembira, marah, benci, kesal, kecewa, penasaran, sayang, cemas, sinis, kecut
dan sebagainya.
c. Efek Behaviour. Efek behavior merupakan
akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau
kegiatan. Behaviour bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha, yang
cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Dalam peneIitian ini, kecemasan
merupakan merupakan efek afektif yang ditimbulkan oleh pemberitaan.(
Effendy, 1993 : 318)
Media
masaa adalah salah satu wahana terpenting dalam penyebarluasan pengetahuan.
Media massa mengarahkan kru untuk terjun kelapangan untuk memperoleh informasi
ataupun berita. Laporan para kru media disiarkan dengan frekuensi yang tinggi,
menggambarkan hampir semua aspek penting.
Disatu
sisi media televisi dirasa sangat mampu merasuki pikiran masyarakat dengan
nilai-nilai positifnya. Sehingga masyarakat dapat mengaplikasikan nilai-nilai
baik pendidikan maupun moral pada persepsi dan tingkah lakunya. Namun di sisi lain, media televisi dan siarannya berdampak
negative bahkan mengontrol tingkah laku pemirsannya kepada hal-hal yang berbau
negatif yang akan memperburuk moral bangsa.
Negara kita merupakan Negara yang kaya moral. Tentu saja moral ini
sangat sulit dan butuh waktu yang lama untuk membentuk dan menjaganya. Namun
dengan pesatnya perkembangan teknologi komunikasi pada saat ini, moral bangsa
tengah diperngaruhkan . Oleh karena itu media komunikasi khususnya televisi
membutuhkan perhatian penuh dari segala pihak, baik pihak intelektual maupun
pihak pribumi jika tidak moral bangsa kita akan semakin mundur seiring kemajuan
iptek. Memang seharusnya kemajuan iptek otomatis diharapakan dapat memajukan
bangsa.(http://Bersama-arief.blogspot.co.id/2012/03/media-televisi-dan-pengaruhnya-bagi.html)
Everett
M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberi
perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi
membuat defenisi bahwa: Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka. Rogers mencoba menspesifikasikan hakikat suatu hubungan
dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam
menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu
proses komunikasi ( Cangara, 2004 : 19).
Para
pakar Psikologi melihat komunikasi dalam pengertian fenomena stimuli-respons,
sebagaimana dikemukakan oleh Dance (1970). Komunikasi adalah pengungkapan
respons malalui simbol-simbol verbal. Sedangkan Edwin Neiman (1984)
mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses ketika sejumlah orang diubah
menjadi kelompok yang berfungsi (Arifin, 2003 : 26). Jika kita berada dalam
situasi komunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain,
seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan
dalam berkomunikasi apa yang dinamakan Wilbur Schramm ”Frame of Rreference“ atau dalam bahasa Indonesianya kerangka acuan,
yaitu paduan pengalaman dan pengertian (Collection
of Experiences and Meanings). Schramm menyatakan bahwa Field of Experience atau bidang pengalaman
merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang
pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan
berlangsung lancar. Sebaliknya jika kalau pengalaman komunikan tidak sama
dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama
lain; dengan kata lain situasi menjadi tidak komunikatif (Effendi, 2003 :
30-31).
Di tengah-tengah masyarakat media massa dianggap sesuatu yang
dapat menimbulkan efek yang kuat, terarah, segera, dan langsung. Dalam
komunikasi massa pernyataan tersebut diatas kita kenal dengan model jarum
hipodemik.
Dalam model jarum hipodemik, komunikan dianggap pasif (tidak
berdaya). Artinya, komunikan menerima begitu saja pesan-pesan yang diberikan
oleh media massa tanpa ada pertimbangan atau pemikiran-pemikiran terlebih
dahulu. Jika dihubungkan dengan model tersebut, media massa sebagai agen
sosialosasi memiliki kekuatan besar untuk
menyosialisasikan individu kepada rasa moral dan sosial, misalnya
simpati, kasihan, kepada para korban kekerasan, perang, kecelakaan, bencana,
dan ketidak adilan sosial.
Namun asumsi tersebut tidak berlaku absolut karena pada
kenyataannya sikap masyarakat terhadap media, belum meratanya pendidikan dan
akses terhadap media massa cukup berpengaruh pada proses sosialisasi yang
dilakukan oleh media massa.
Proses sosialisasi berlangsung terus menerus. Sejumlah norma
misalnya tentang tata cara makan telah ditanamkan sejak usia dini, sedangkan
mengenai hal lain, seperti konsep berumah tangga, baru diberika ketika
seseorang telah menginjak dewasa.
Beberapa bagian dari sosialisasi yang komplek itu diberika
oleh media massa sebagai agen sosialisasi, baik disengaja maupun tidak, dengan
sadar ataupun tidak sadar. Kita juga dapat melihat seorang individu dalam
berbagai tahap kehidupannya mungkin saja mempelajari norma-norma kehidupan
sosial dari media massa.
Media massa khususnya televisi merupakan sarana utama dimana
kita belajar tentang masyarakat dan kultur (Gerbner, Gross, Morgan, dan
Signorell, 1980; Signorielli,1980; Signorielli dan Morgan, 1989) melalui kontak
dengan televisi ( dan media lain) kita belajar tentang dunia, orang-orang,
nilai-nilai serta adat kebiasaan. Proses
belajar nilai-nilai serta adat kebiasaan tersebut yang sering dikelompokan
menjadi yang formal dan informal. Dalam masyarakat modern, media massa
bertambah penting sebagai agen sosialisasi baik formal maupun informal,
sosialisasi yang formal adalah proses yang dilalui secara berstruktur. Seperti
sekolah, pelatihan, pengalaman kerja, dan sebagainya. Sedangkan yang diperoleh
dari pergaulan, keluarga, pengalaman pribadi merupakan sosialisasi yang
informal.
Proses sosialisasi yang dilakukan oleh media massa baik formal maupun informal akan menghasilkan efek yang besar di tengah masyarakat. Ada efek yang diharapkan yaitu fungsi media massa dan ada efek yang tidak diharapkan kita sebut disfungsi media massa.
Proses sosialisasi yang dilakukan oleh media massa baik formal maupun informal akan menghasilkan efek yang besar di tengah masyarakat. Ada efek yang diharapkan yaitu fungsi media massa dan ada efek yang tidak diharapkan kita sebut disfungsi media massa.
Fungsi media massa atau efek yang diharapkan dalam proses
sosialisasi tersebut ialah masyarakan dapat belajar tentang nilai-nilai atau
norma yang berlaku di lingkungan masing-masing. Gunanya agar setiap anggota
masyarakat tahu bagaimana berbuat dan berperilaku ditengah masyarakat. Keadaan
ini memungkinkn tegaknya ketertiban sosial karena orang berperilaku menurut
pedoman yang telah mereka peroleh lewat proses sosialisasi tadi.
Sosialisasi juga merupakan dasar atau basis bagi kelangsungan
suatu masyarakat sebagai suatu sistem yang berkesinambungan dan stabil. Setiap
orang pasti mengalami proses hidup bermasyarakat, artinya hidup bersama sama
dengan orang-orang lain yang ada disekitarnya. Dalam proses sosialisasi yang
dilakukan media massa tiap orang belajar tentang berbagai nilai dan norma
kehidupan. Melalui proses itu seseorang menjadi tahu tentang apa yang boleh dan
tidak boleh, serta apa yang seharusnya dan seyogianya tidak dilakukan dalam
hidup ditengah masyarakat untuk tegaknya ketertiban sosial. Akan tetapi selain efek yang
diharapkan dari proses sosialisasi yang dilakukan media massa, terdapat pula
efek yang tidak diharapkan.
Dell Fleur (1970) menunjukan bahwa media masa dianggap
bertanggung jawab mengenai terjadinya lima gejala dalam masyarakat, yaitu :
1. Membuat selera budaya masyarakat menjadi rendah;
2. Menaikan tingkat kenakalan;
3. Ikut menyumbang kerusakan moral secara umum;
4. Menjinakan massa untuk kepentingan politik;
5. Menekan kreatifitas
1. Membuat selera budaya masyarakat menjadi rendah;
2. Menaikan tingkat kenakalan;
3. Ikut menyumbang kerusakan moral secara umum;
4. Menjinakan massa untuk kepentingan politik;
5. Menekan kreatifitas
Selain efek diatas, sistem pemerintah yang dianut akan akan
mempengaruhi isi media tersebut. Isi media yang disiarkan media massa di negara
yang menganut sistem komunis sudah pasti akan menyosialisasikan bagian dari
doktrin partai yaitu nilai-nilai partai. Dan itu merupakan efek yang tidak
diharapkan karena telah menjadikan media massa tidak memiliki kebebasan untuk menyosialisasikan nilai-nilai yang lain. (http://bintang321.blogspot.co.id/2015/11/media-massa-sebagai-agen-sosialisasi.html)
Media massa memiliki pengaruh besar di tengah masyarakat
untuk menyosialisasikan berbagai nilai-nilai dan norma. Demikian besarnya peran
media massa dalam kehidupan sehingga orang pada umumnya sepakat bahwa cukup
banyak hal-hal yang menjadi prilaku masyarakat yang bersumber dari media massa.
Berbagai hal yang diperoleh dari media massa itu bahkan menjadi sebagian dari
nilai-nilai yang berlaku pada diri seseorang. Karena itu media massa disebut
sebagai salah satu agen sosialisasi.
C. Penutup.
1. Kesimpulan
Televisi
diindentifikasikan sebagai media sosialisasi yang berpengaruh terhadap perilaku
masyarakat.
Pesan-pesan yang
ditayangkan melalui televisi, dapat mengarahkan masyarakat kearah perilaku
proposial maupun anti sosial.
2. Saran
Dalam penggunaan
televisi sebagai media sosialisasi
masyarakat. Perlu adanya hal-hal yang dilakukan agar penggunaan televisi dapat terkontrol dan tidak menyebabkan
penyimpangan sosial.
Daftar Pustaka
Arifin,
Anwar. 2003. Strategi Komunikasi, Sebuah
Pengantar Ringkas. Bandung.
Cangara,
Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Denis,
McQuail, 1996. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Terjemahan). Erlangga.
Jakarta.
Effendy,Onong
Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek.Remaja Rosdakarya. Bandung
-------------------------------
1993. “Ilmu Teori dan Filsafat
Komunikasi”, Citra Abitya Bakti. Bandung
Gerbner,
G. Gross L., Eleey, M.F., Jackson Beeck., M., Jefrries–Fox S., &
Signorielli, N. TV Violence, Profile No 8: The
Highlights. Journal Of Communication, 27, 171-180
Kuswandi,
Wawan. 1996. “Komunikasi Massa: Sebuah
Analisis Isi Media Televisi”. Rineka Cipta. Jakarta
Mussen, 1989. Perkembangana
dan Kepribadian Anak. (Terjemahan).Arcan. Jakarta
Oemar
Hamalik. 1994. Media Pendidikan.Citra AdityaBakti. Bandung
Rakhmat, Jalaludin, 2003. Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Wahyudi, 1991. Komunikasi
Jurnalistik. Rineka Cipta. Jakarta.
Wiryanto. 2004. Pengantar
Ilmu Komunikasi. Grasindo. Jakarta
http://Bersama-arief.blogspot.co.id/2012/03/media-televisi-dan-pengaruhnya-bagi.html
http://bintang321.blogspot.co.id/2015/11/media-massa-sebagai-agen-sosialisasi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi