BAB I
KOMUNIKASI DALAM TEORI PERTUKARAN
SOSIAL
A.Pendahluan
Teori
pertukaran sosial adalah teori dalam ilmu social yang mengatakan bahwa dalam
hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, ini menjelaskan bagaimana manusia
memandang tentang hubungan dengn orang lain sesuangi dengan anggapan diri
manusia tersebut terhadapa: keseimbangan tentang apa yang diberikan ke dalam
hubungan dan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu, jenis hubungan yang
dilakukan , dan kesempatan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Pada umumnya pertukaran sosial
mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam hubungan tersebut, yang
terdapat unsur ganjaran, pengorbanan dan keuntungan. Ganjaran merupakan segala
unsur ganjaran, pengorbanan adanya pengorbanan, manakala pengorbanna merupakan
merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah ganjaran dikurangi
oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit
antara dua orang berdasarkam perhitungan untung- rugi. Misalnya pola – pola
perilaku ditempat kerja, percintaan, perkawinan dan persahabatan.[1]
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Teori Pertukaran Sosial
Teori
Pertukaran Sosial adalah salah satu teori sosial yang mempelajari bagaimana
seseorang berhubungan dengan orang lain, kemudian seseorang itu menentukan
keseimbangan antara pengorbanan dan keuntungan yang didapatkan dari hubungan
itu. Setelah seseorang menentukan keseimbangannya, ia akan menentukan jenis
hubungan dan kesempatan memperbaiki hubungan atau tidak sama sekali.
Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori
pertukaran sosial antara lain adalah psikolog John Thibaut dan Harlod Kelley
(1959), sosiolog George Homans (1961), Richard Emerson (1962), dan Peter Blau
(1964). Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan
orang lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain
hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan bagi
kita.
Teori pertukaran sosial adalah teori dalam ilmu
sosial yang
menyatakan bahwa dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan,
dan keuntungan yang saling memengaruhi. Teori ini menjelaskan bagaimana manusia
memandang tentang hubungan kita dengan orang lain sesuai dengan anggapan diri
manusia tersebut terhadap Keseimbangan antara apa yang di berikan ke dalam
hubungan dan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu, Jenis hubungan yang
dilakukan, Kesempatan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Sudut pandang Pertukaran Sosial berepndapat bahwa orang menghitung nilai
keseluruhan dari sebuah hubungan dengan mengurangkan pengorbanannya dari penghargaan
yang diterima[2] .
Asumsi-asumsi dasar teori ini
berasal dari sifat dasar manusia dan sifat dasar hubungan. Asumsi-asumsi yang
dibuat oleh teori pertukaran sosial mengenai sifat dasar manusia adalah sebagai
berikut :
a. Manusia mencapai penghargaan dan
menghindari hukuman.
Pemikiran bahwa manusia mencari
penghargaan dan menghindari hukuman sesuai dengan konseptualisasi dari
pengurangan dorongan [3]Pendekatan
ini berpendapatan bahwa perilaku orang dimotivasi oleh suatu mekanisme dorongan
internal. Ketika orang ,merasakan dorongan ini, mereka termotivasi untuk
menguranginya, dan proses pelaksanaannya merupakan hal yang menyenangkan.
b. Manusia adalah makhluk rasional.
Bahwa manusia adalah makhluk
rasional merupakan asumsi yang penting bagi teori pertukaran sosial.Standar
yang digunakan manusia untuk mengevaluasi pengorbanan dan penghargaan
bervariasi seiring berjalannya waktu dan dari satu orang ke orang lainnya.
c. Asumsi ketiga, menunjukkan bahwa
teori ini harus mempertimbangkan adanya
keanekaragaman.
Tak ada satu standar yang dapat digunakan pada semua orang untuk menentukan apa
pengorbanan dan penghargaan itu.
Asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori
pertukaran sosial mengenai sifat dasar dari suatu hubungan :
1. Hubungan memiliki sifat saling
ketergantungan, dalam suatu hubungan ketika seorang partisipan mengambil suatu
tindakan, baik partisipan yang satu maupun hubungan mereka secara keseluruhan
akan terkena akibat.
2. Kehidupan berhubungan adalah sebuah
proses, pentingnya waktu dan perubahan dalam kehidupan suatu hubungan. Secara
khusus waktu mempengaruhi pertukaran karena penglaman-pengalaman masa lalu
menuntun penilaian mengenai penghargaan dan pengorbanan, dan penilaian ini
mempengaruhi pertukaran-pertukaran selanjutnya.[4]
B. Teori Pertukaran Sosial Thibaut
dan Kelley
Teori ini bisa disebut juga dengan
teori hasil interaksi. Teori ini dikemukakan oleh Thibaut dan Kelley untuk
menerangkan hubungan dua orang dimana mereka saling tergantung untuk mencapai
hasil-hasil yang positif. Dan dinyatakan juga bahwa setiap individu secara
sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan
tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.Sebagaimana
telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya ganjaran adalah setiap akibat yang
dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan.sedangkan biaya
adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu
bisa berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, keruntuhan harga diri dan
kondisi-kondisi lain yang dapat menghabiskan sumber kekayaan individu atau yang
dapat menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan.Teori pertukaran sosial ini
memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang
berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya
dan saling memuaskan kedua belah pihak. Sehingga ada empat konsep pokok dalam
teori ini yaitu ganjaran, biaya, laba atau hasil dan tingkat perbandingan. Dan
tingkat perbandingan inilah yang menjadi teori khas dari sumbangan yang
diberikan oleh Thibaut dan Kelley yang bisa diartikan teori hasil interaksi,
intinya bahwa hubungan antar pribadi bisa diteruskan atau juga bisa dihentikan.
Hal ini disebabkan kalau seseorang bisa melihat faktor-faktor pembanding dalam
hubungan antar pribadi dengan seseorang dengan seseorang lainnya.[5]
Menarik dari teori Thilbaut dan
Kelley adalah penjelasan mereka mengenai bagaimana orang mengevalauasi sebuah
hubungan. Thilbaut dan Kelly mengkalim bahwa evaluasi ini didasarkan pada dua
tipe perbandingan : level perbandingand an level perbandingan alternative.
a.
Level
perbandingan
Standart yang mewakili perasaan
orang mengenai apa yang mereka harus terima dalam hal penghargaan dan pengorbanan
dari sebuah hubungan. Level perbandingan
bervariasi diantara individu-individu karena hal ini subjektif, karena
tiap individu memiliki pengalaman yang
berbeda. Oleh karenanya kita memiliki harapan yang saling tumpang tindih akan
suatu hubungan , dan level perbandingan kita mungkin tidak akan jauh berbeda
satu dnegan yang lainnya. Thibaut dan Kelly berpendapat bahwa kepuasan kita akan suatu hubungan
berakar dari mmebandingkan penghargaan dan pengorbanna yang ada dalam hubungan
itu level perbandingan.
b.
Level
perbandingan alternatif
Merujuk pada : “level terendah dari
penghargaan dari suatu hubungan yang dapat diterima oleh seseorang saat
dihadapkan pada penghargaan yang dari hubungan alternatif atau sendirian” [6]Dengan kata alain level perbandingan
alternatif realitas dari Hubungan tersebut.misalnya mmepelajari partisipasi
dalam teater komunitas.bahwa orang yang tinggal di kota di mana hanya ada
teater komunitas cenderungb tinggal di dalam komunitas itu sedikit penghargaan
dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki pilihan lain, bahwa hal ini
menekankan pentingnya level perbandingan untuk alternatif.[7]
Asumsi-asumsi
dasar teori ini berasal dari sifat dasar manusia dan sifat dasar hubungan.
Asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori pertukaran sosial mengenai sifat dasar
manusia adalah sebagai berikut :
1. Manusia
mencapai penghargaan dan menghindari hukuman.
Pemikiran
bahwa manusia mencari penghargaan dan menghindari hukuman sesuai dengan
konseptualisasi dari pengurangan dorongan.[8]
Pendekatan ini berpendapatan bahwa perilaku orang dimotivasi oleh suatu
mekanisme dorongan internal. Ketika orang ,merasakan dorongan ini, mereka
termotivasi untuk menguranginya, dan proses pelaksanaannya merupakan hal yang
menyenangkan.
2. Manusia
adalah makhluk rasional.
Bahwa
manusia adalah makhluk rasional merupakan asumsi yang penting bagi teori
pertukaran sosial. Standar yang digunakan manusia untuk mengevaluasi
pengorbanan dan penghargaan bervariasi seiring berjalannya waktu dan dari satu
orang ke orang lainnya.
3. Asumsi
ketiga, menunjukkan bahwa teori ini harus mempertimbangkan adanya
keanekaragaman. Tak ada satu standar yang dapat digunakan pada semua orang
untuk menentukan apa pengorbanan dan penghargaan itu.
Asumsi-asumsi
yang dibuat oleh teori pertukaran sosial mengenai sifat dasar dari suatu
hubungan :
4. Hubungan
memiliki sifat saling ketergantungan
Dalam
suatu hubungan ketika seorang partisipan mengambil suatu tindakan, baik
partisipan yang satu maupun hubungan mereka secara keseluruhan akan terkena
akibat.
Kehidupan
berhubungan adalah sebuah proses. Pentingnya waktu dan perubahan dalam
kehidupan suatu hubungan. Secara khusus waktu mempengaruhi pertukaran karena
penglaman-pengalaman masa lalu menuntun penilaian mengenai penghargaan dan
pengorbanan, dan penilaian ini mempengaruhi pertukaran-pertukaran selanjutnya.[9]
B.
Pengertian
Kelompok
Manusia
dalam melakukan berbagai kegiatan tidak akan terlepas dari adanya hubungan dan
komunikasi dengan orang lain. Untuk itulah dalam berhubungan dan berkomunikasi
kita juga tidak terlepas dari adanya kerja sama yang baik demi tercapainya
tujuan bersama yang saling menguntungkan. Bentuk kerja sama ini dapat dibendung
dalam satu wadah kegiatan yang terkoordinir maupun yang tidak terkoordinir.
Misalkan
saja adanya organisasi, kelompok, kerumunan dan dinamika dalam kelompok
tersebut.
Kelompok
adalah kumpulan manusia dalam lapisan masyarakat yang mempunyai ciri atau
atribut yang sama dan merupakan satu kesatuan yang saling berinteraksi. Karena
memiliki persamaan,kelompok-kelompok mempunyai tingkat hasut yang tinggi. Hal
ini juga dikarenakan kelompok hanya berada di ruang lingkup yang kecil.
Kelompok
mempunyai tujuan yang lebih transparan dibanding dengan massa, publik, dan
kerumunan, maka dari itu kelompok lebih mudah dikontrol karena mereka memiliki
kesadaran yang tinggi dan masing-masing anggota menyadari keanggotaannya. Dalam
sebuah kelompok selalu ada yang namanya komunikasi. Komunikasi ini sering
dinamakan komunikasi kelompok.
Komunikasi
kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu
kelompok "kecil" seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi, dan
sebagainya. Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor[10]
menjabarkan sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
1.
Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka.
2.
Kelompok memiliki sedikit partisipan.
3.
Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin.
4.
Kelompok membagi tujuan atau sasaran
bersama.
5.
Anggota kelompok memiliki pengaruh atas
satu sama lain.
Selain itu dalam kelompok kita juga mengenal
adanya dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri
dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas
antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang
dialami. Adapun fungsi dari dinamika kelompok adalah:
a) Membentuk kerjasama saling menguntungkan
dalam mengatasi persoalan hidup.
b) Memudahkan pekerjaan.
c) Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan
pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga
seleseai lebih cepat, efektif dan efisien. Salah satunya dengan membagi
pekerjaan besar sesuai bagian kelompoknya masing-masing atau sesuai keahlian.
d)
Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat dengan memungkinkan
setiap individu memberikan masukan, berinteraksi, dan memiliki peran yang sama
dalam masyarakat. Dalam proses dinamika kelompok terdapat faktor yang
menghambat maupun memperlancar proses tersebut yang dapat berupa kelebihan
maupun kekurangan dalam kelompok tersebut.
Adapun kelebihan dan kekurangan dalam
dinamika kelompok adalah:
a) Kelebihan
Kelompok
Keterbukaan
antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi & pendapat
anggota yang lain. Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingan
kelompoknya dengan menekan kepentingan pribadi. Kemampuan secara emosional
dalam mengungkapkan kaidah dan telah disepakati kelompok.
b) Kekurangan
Kelompok
Kekurangan
kelompok bisa disebabkan karena waktu penugasan, tempat atau jarak anggota
kelompok yang berjauhan yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas
pertemuan. Dalam lapisan masyarakat kita mengenal adanya pelapisan-pelapisan.
Begitu juga dalam kelompok sosial. Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang
terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial serta ada
pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.
Ada beberapa jenis kelompok sosial dalam
masyarakat, antara lain:
a) Kelompok
Primer
Merupakan kelompok yang didalamnya
terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan
erat dalam kehidupan. Misalnya keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama,
dan lain-lain.
b) Kelompok
Sekunder
Jika interaksi sosial terjadi secara
tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang
terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya partai politik, perhimpunan
serikat kerja dan lain-lain.
c) Kelompok
Formal
Pada kelompok ini ditandai dengan adanya
peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada.
Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari kelompok ini adalah semua
perkumpulan yang memiliki AD/ART.
d) Kelompok
Informal
Merupakan suatu kelompok yang tumbuh
dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang.
Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya
tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang
jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati.
Misalnya kelompok arisan.
Suatu kelompok bisa dinamakan kelompok sosial
bila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(a)
memiliki motif yang sama antara individu satu dengan yang lain (menyebabkan
interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama),
(b)
terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan
yang lain (akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang
terlibat)
(c)
adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas
dan terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing, dan
(d)
adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur
interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.[11]
b. Aplikasi Teori Pertukaran Sosial dalam Konteks Komunikasi Kelompok
Menurut
Michael Burgon[12]
mendefinisikan komunikasi kelompok yaitu :
“
komunikasi kelompok sebagi interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau
lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga
diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggota dapat mengingat karaktristik
pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.”
Contoh
kasusnya adalah, antara suatu kelompok distributor alat musik online
yang masih sederhana dengan beberapa anggota yang juga mempunyai tugas
masing-masing dalam pendistribusian, dengan suatu band yang sudah memiliki
anggota tetap. Namun, beberapa anggota dari band ini terkadang memiliki
halangan saat mereka berkeharusan untuk pentas. Kebetulan, salah satu anggota
band mengenal baik salah satu distributor alat musik tersebut. Maka dari itu,
anggota band ini sepakat untuk mengajak anggota kelompok pendistribusi alat
musik ini, untuk menggantikan pentas apabila ada anggota band yang berhalangan.
Jadi tujuan mereka adalah saling bekerja sama, karena mereka juga memiliki hobi
sama-sama menyukai musik yang anggota distributor alat musik ini juga mampu
menguasai musik dengan baik. Band ini juga sepakat, apabila mereka memerlukan
peralatan baru untuk kebutuhan band nya, mereka akan menggunakan barang-barang
yang disediakan oleh kelompok distributor ini Mereka menjadi sangat akrab, dan
saling mengerti karakter satu sama lain, sehingga memudahkan mereka dalam
bekerja sama. Karena, sudah merasa nyaman satu sama lain, akhirnya mereka semua
sepakat untuk tetap bekerja sama, dan menjadikan anggota distributor itu
menjadi anggota cadangan/additional player.
a.
cost dalam hal ini adalah hanya berupa tenaga yang lebih yang
harus dikeluarkan apabila anggota kelompok distributor menggantikan anggota
band yang berhalangan dalam pentas. Walaupun tidak ada yang dirugikan, namun
anggota kelompok distributor tetap mengeluarkan cost, yaitu berupa
tenaga;
b.
reward dalam hal ini adalah adanya honor
yang diterima oleh anggota kelompok distributor saat mereka menggantikan
anggota band dalam pentas dan adanya kemudahan dalam membeli kebutuhan musik
bagi band itu. Ini sesuai dengan asumsi teori pertukaran manusia mengenai keadaan
manusia, bahwa manusia mencari keuntungan dalam menjalin sebuah hubungan;
c.
outcome dalam hal ini adalah adanya
keputusan untuk menjadikan kelompok distributor itu sebagai anggota cadangan/additional
player, yang bertujuan untuk saling menggantikan apabila ada anggota band
yang berhalangan untuk pentas, ini artinya antara band dan kelompok distributor
tersebut memilih untuk melanjutkan hubungan;
d.
rationality dalam hal ini adalah, keputusan dari
anggota band, yang menjadikan kelompok distributor itu menjadi additional
player, yang ini berarti hubungan diantara mereka akan terus berlanjut. Hal
ini dianggap rasional, karena mereka semua tidak ada yang merasa dirugikan, dan
justru saling membantu serta saling bergantung. Kelompok distributor itu tetap
mendapatkan honor apabila mereka menggantikan pentas, dan anggota band tetap
mampu menjalankan urusannya masing-masing tanpa khawatir dengan band mereka,
karena sudah digantikan oleh kelompok distributor.[13]
C. Kelebihan
dan Kekurangan Teori
Teori
Pertukaran Sosial
1.
Kelebihan
Akan
menimbulkan suatu keadilan dalam masyarakat, takkan ada yang merasa berat
sebelah jika teori ini diterapkan karena teori ini membahas tentang bagaimana
suatu hubungan sosial masyarakat bisa menyeimbangkan antara pengorbanan dan
keuntungan yang didapatkan dari pihak lain. Disamping itu juga jika menerapkan
teori ini maka hubungan dalam suatu masyarakat sosial ataupun individu akan
tetap terjaga dan tidak akan ada yang merasa dirugikan.
2.
Kekurangan
Apabila
seseorang menerapkan teori ini maka dikala seseorang tersebut memberikan atau
melakukan sesuatu kepada orang lain maka penerima tersebut akan merasa risih
menerima pemberian atau jasa yang telah dilakukan untuknya karna merasa apa
yang telah dilakukan atau diberikan akan harus dibalas dengan yang demikian
pula, sedangkan belum tentu si penerima mampu membalas apa yang telah dilakukan
pemberi kepadanya. Disamping itu juga teori ini bisa saja membuat kita menjadi
orang yang tidak ikhlas dalam melakukan sesuatu untuk seseorang karena terbiasa
mengharapkan balasan atas apa yang telah dilakukan terhadap orang lain.
C.
Kritik
Teori Pertukaran social
a. Teori
ini hanya mendasarkan perilaku manusia pada formulasi ekonomi saja (economic
behavior) sehingga mengesampingkan faktor-faktor intrinsik manusia, seperti
free will, interest, transendece dsb (Turner & Barat, 2007)
Karena elemen
dalam social exchange theory adalah imbalan, pengorbanan, dan keuntungan maka
semuanya mendasarkan pada formulasi ekonomi saja tanpa melihat dari sisi yang
lain. Perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan
menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka
perilaku tersebut tidak ditampilkan.
b.
Dalam teori ini,
manusia dipandang sebagai “a rational calculator” sehingga mengabaikan
proses-proses afeksi yang ada (Berger & Rollof, 1980).
Karena semua
perilaku manusia dilandaskan pada formulasi ekonomi yang hanya berpusat pada
untung dan rugi, maka afeksi ( kasih sayang ) menghilang dengan pikiran-pikiran
yang rasional sehingga mengabaikan unsur perasaan didalamnya.
c.
Tidak semua
hubungan sosial diwarnai dengan “transaksi bisnis” (Steve Duck, 1994).
Ada
unsur-unsur yang lain yang mewarnai hubungan sosial, tidak hanya untung rugi
seperti transaksi bisnis namun juga ada unsur waktu dalam proporsisi kejenuhan
dan unsur hukuman pada proporsisi nilai .
d. Teori
ini gagal menjelaskan tentang solidaritas kelompok berdasarkan
pemenuhan kebutuhan individu (England, 1989).
Berdasarkan
teori ini, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena
dari padanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran
dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan yang resiprokal bagi kita
namun hanya sebatas pada antar individu dengan kepentingan masing-masing
sehingga tidak adanya solidaritas.[14]
E. Komunikasi Perspektif Islam
Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam kehidupan manusia. Karena gerak langkah kita selalu disertai dengan
komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang Islami atau
berakhlakul karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah
ini bersumber pada Al-Quran dan Hadist.
Prinsip-prinsip
berkomunikasi menurut Al-Qur’an[15]
adalah prinsip Qaulan Sadidan/ pembicaraan yang benar, jujur,[16] Qaulan
Balighan/ komunikasi efektif,[17] Qaulan
Ma’rufan/ perkataan yang baik[18] ,
Qaulan Kariman/ kata-kata yang membesarkan hati[19], Qaulan
Layyinan/ kalimat yang lemah lembut [20],
dan Qaulan Maysuran/
kata-kata yang mudah [21].
Selain
itu, etika berkomunikasi juga dapat dilihat dari salah satu hadist Nabi
Muhammad Saw di bawah ini:
قَالَ رَسُوْلُ
اللَّهِ صَلَّي اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ
أَخْلاَقاً (متفق عليه)
Artinya:
“Rasulullah Saw bersabda,
“Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik akhlak (budi pekertinya).” [22]
E. Teori pertukaran Sosial dalam Persepktif
Islam.
Contoh Kasus Teori Pertukaran Sosial
Hubungan suami istri melalui sebuah ikatan
pernikahan. Pola-pola perilaku dalam sebuah pernikahan, hanya akan langgeng
manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku
seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan
bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut
tidak ditampilkan.
Banyak perceraian diantara pasangan suami istri
terjadi karena salah satu di antara mereka merasa tidak terjadi kecocokan
dengan pasangannya serta merasa dirugikan dengan ikatan pernikahan tersebut.
Fenomena perceraian sangat sering kita saksikan melalui layar televisi,
perceraian selebritis. Bahkan buntut dari perceraian tersebut adalah sebuah
pertikaian dimana antara keduanya tidak ada yang mau mengalah. Yang awalnya
mereka saling mengumbar kasih sayang tetapi setelah bercerai malah saling
melempar caci maki dan kebencian.
Sebuah ikatan antara suami istri dalam
pernikahan harusnya dipandang sebagai sebuah ikatan suci dan sakral. Sebelum
membangun komitmen dalam sebuah ikatan pernikahan seharusnya antara pria dan
wanita harus saling mengenal satu sama lain. Alangkah baiknya jika sebuah
pernikahan dilandasi oleh pemahaman agama yang baik. Dalam menjalani ikatan
pernikahan seharusnya suami istri selalu berkomunikasi secara intens dan
terbuka satu sama lain. Komunikasi ini hendaknya menggunakan prinsip-prinsip
komunikasi menurut Al-Qur’an, misalnya mengucapkan kata-kata yang jujur (Qaulan
Sadidan), baik (Qaulan Ma’rufan). Meskipun terjadi konflik sebagai
suatu sunnatullah maka menurut Imam Nawawi harus diakhiri pada hari
ketiga, tidak boleh lebih[23] .
Karena mereka yang bersikers memutuskan hubungan silaturahmi akan mendapat
laknat dan kutukan Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
فَهَلْ
عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا
أَرْحَامَكُمْ
|
||
أُولَٰئِكَ
الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰ أَبْصَارَهُمْ
|
Maka apakah
kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan (Q.S. 47 : 22)
Mereka
itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan
dibutakan-Nya penglihatan mereka.(Q.S. 47 : 23)
Masing-masing pasangan juga harus saling
memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pasangannya. Ketika pasangan
tidak mampu dalam suatu hal maka alangkah bijaknya jika ia tidak menuntut hal
tersebut diluar kesanggupan pasangannya. Komitmen-komitmen seperti inilah yang
harus dikedepankan agar tidak terjadi perselisihan yang akan berakibat pada
perceraian.[24]
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Asumsi dasar teori pertukaran sosial adalah hubungan memiliki sifat saling
ketergantungan dan kehidupan berhubungan adalah sebuah proses.
2.
Suatu contoh kasus teori pertukaran sosial dapat dilihat dari kasus perceraian
dalam rumah tangga. Ketika mereka merasa tidak lagi merasa mendapatkan reward
yang lebih besar daripada cost, maka keretakan rumah tangga pun
sulit terelakkan.
3.
Kasus tersebut mestinya dapat dicegah jika kalau mereka menerapkan
prinsip-prinsip berkomunikasi menurut Al-Qur’an.
B. Saran
Pemahaman
tentang teori ini sebaiknya diterapkan
karena sangat berguna dalam meningkatkan pemahaman saling pengertian
dalam hubungan interpersonal.
Referensi
Departemen
Agama Republik Indonesia Al quran,
Terjemahan. Jakarta Syamil Cipta Media.2005
Kholil,
Syukur. Teori Komunikasi Massa.
Bandung.Ciptapustaka Media Perintis. 2011
Monge,P.R
&Contractor,N.Theoris of
communication network.oxforfd:University Press.2003
Prakoso,Adi.Z.
Pengertian Komunikasi dalam
sehari-hari-Pengertian, Arti, Defenisi, Manfaat dan Masalah.2007
Roloff,M.E.
Interpersonal Communication, The
social Exchange Aprroach.Beverly Hills:Sage.1981
Syafe’i.Rachmat.Sosial dan Hukum.Pustaka Setia.2000
Ujang,saefullah.Kapita Selekta Komunikasi.
Bandung:Simbiosa Rekatama Media.2007
Wiryanto,Pengantar Ilmu Komunikasi.
Jakarta.Gramedia Wiasarana Indonesia.2005
H.R.
Bukhari Muslim
http://www.kompasiana.com/novi_suprapti/perbedaan-publik-massa-kerumunan-kelompok-dan-organisasi
http://primadewinoviandri-fpsi11.web.unair.ac.id/artikel_detail-50269-Umum-Kritik%20atas%20Teori%20Pertukaran%20Sosial%20&%20Teori%20Peran.html
[1]
Kholil,
Syukur.Teori Komunikasi Massa.h.305
[2]
Monge dan Contractor, Theoris
of Communication Network.2003
[4] https://syulhadi.wordpress.com/my-document/umum/ilmu-komunikasi/teori-komunikasiteori-kategori-sosial-teori-pertukaran-sosial/
[5] http://yurikapuspakencana.blogspot.co.id/2013/03/teori-pertukaran-sosial.html
[7]
Kholil, Syukur.Teori Komunikasi Massa.
h.310
[8]
Roloff, Interpersonal Communication.1981
[9]
https://syulhadi.wordpress.com/my-document/umum/ilmu-komunikasi/teori-komunikasiteori-kategori-sosial-teori-pertukaran-sosial/
[10]
Prakosa,Adi.
Penegrtian KOmunikasi Dalam Sejari-hari.. 2008
[11]
http://www.kompasiana.com/novi_suprapti/perbedaan-publik-massa-kerumunan-kelompok-dan-organisasi
[13]
http://resyanurinp.blogspot.com/2013/12/analisis-aplikasi-teori-pertukaran.html
[14]
http://primadewinoviandri-fpsi11.web.unair.ac.id/artikel_detail-50269-Umum-Kritik%20atas%20Teori%20Pertukaran%20Sosial%20&%20Teori%20Peran.html
[15] Ujang Saefullah, Kapita Selekta Komunikasi.2007: 68
[16] QS.An-Nisa:9
[18]
QS. An-Nisa: 5
[19]
QS.Al- Isra’:23
[20]
QS. Thaahaa:44
[21]
QS.Al-Israa’:28
[22] H.R. Bukhari dan Muslim
[24] http://pinkqu.blogspot.co.id/2013/05/teoripertukaran-sosial-dan-contoh-kasus.html